Hello World: Cinta dan Dunia Baru

"Apa benar jika semua yang ada di dunia ini adalah data yang direkam?"




Untuk menemani waktu Anda selama #dirumahaja, saya akan merekomendasikan satu film anime. Menurut saya anime ini punya keunikan tersendiri, salah satunya Anda akan disuguhkan kecanggihan teknologi dari masa depan. Berikut pembahasannya.

Adalah film anime Hello World besutan Tomohiko Itō sebagai sutradara. Film anime Hello World diproduksi oleh rumah produksi Graphinica di Jepang. Secara resmi film anime ini dirilis tahun lalu atau tepatnya 20 September 2019 di Jepang. Mungkin sebagai pendukung kegiatan selama #dirumahaja, Graphinica kemudian merilis versi Blue Ray Hello World lebih cepat daripada biasanya. Sebagai informasi tambahan, Tomohiko Itō sebelumnya pernah menyutradarai film anime Sword Art Online: Ordinal Scale.

Di awal cerita, Anda akan menyaksikan sebuah kota metropolitan dengan kecanggihan teknologi di tahun 2027. Kyoto di Jepang dipilih sebagai perwakilan kota metropolitan tersebut. Salah satu kecanggihan teknologi di Kyoto adalah teknologi drone yang merekam seluruh kegiatan dan seisi kota. Mega proyek tersebut dinamakan Chronicle Kyoto. Tiruan dari dunia dua dimensi inilah yang kemudian dipindahkan ke dalam suatu "dunia baru" berbentuk tiga dimensi serta berbasis digital. Rekaman yang seperti big data tersebut selanjutnya disimpan dalam penyimpanan super canggih yang disebut Alltale. Sangking canggihnya, sistem mampu "menyembuhkan" diri sendiri apabila terdapat anomali di dalamnya. Jadi, apapun yang terjadi di Kyoto, bahkan seluruh Jepang, terdapat tiruannya dalam bentuk suatu dunia digital.

Di Kyoto inilah hidup seorang remaja sekolah menengah yang nantinya sebagai pusat penceritaan. Remaja tersebut bernama Naomi Katagaki (Takumi Kitamura sebagai pengisi suara). Ia berusia 16 tahun dan terkenal sebagai "kutu buku". Katagaki sendiri punya sifat yang canggung, jarang bicara, dan terutama sangat hobi membaca buku. Katagaki sanggup membaca hingga 200 buku dalam satu tahun, bahkan ia punya catatan khusus buku-buku yang sudah dibaca.

Sangking canggungnya ketika bersosialisasi, Katagaki sampai harus membaca buku sejenis kiat-kiat mengambil keputusan. Beberapa saran yang ditunjukkan adalah "Jangan Pikirkan Lama-Lama, Putuskan dengan Cepat!" atau terdapat pula, "Jangan Pikirkan Anggapan Orang Lain, Katakan yang Kaupikirkan!" dan beberapa saran lainnya. Faktanya, saran-saran tersebut tidak begitu berhasil. Katagaki masih sulit berbaur di lingkungannya ataupun hanya untuk mengucapkan satu patah kata kepada teman-teman barunya di sekolah menengah atas di Kyoto.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, selain sifat canggung, Katagaki juga hobi membaca hingga ia dijuluki sebagai "kutu buku". Hobi membaca inilah yang nantinya mempertemukan Katagaki dengan Ruri Ichigyō (Minami Hamabe sebagai pengisi suara). Mereka tergabung dalam suatu kelompok khusus yang mengurusi perbukuan atau dapat saya katakan ekstrakurikuler perpustakaan dan kearsipan.

Alur berlanjut hingga suatu hari yang aneh, tiba-tiba muncul cahaya seperti aurora di kutub berada di tengah-tengah Kota Kyoto. Tidak seperti aurora di kutub, urora yang muncul di Kyoto bewarna kemerah-merahan. Kejadian tersebut tepat ketika Katagaki baru pulang dari perpustakaan untuk meminjam beberapa buku. Katagaki menyadari keanehan yang juga dikerubungi orang-orang untuk mendokumentasikannya.

Katagaki melihat ada seekor gagak terbang di dekat keindahan aurora. Hingga tiba-tiba gagak tersebut menghampiri Katagaki dengan bentuk keanehan lainnya: si gagak punya tiga kaki! Tanpa disangka, si gagak mencuri buku yang dibawa Katagaki dan membawanya ke suatu tempat wisata bersejarah. Di sinilah Katagaki lagi-lagi harus menemui keanehan lainnya, tidak diduga-duga, sesuatu terjadi di lokasi Katagaki berada, muncullah sosok pria berjubah putih hingga  menutupi kepalanya. Pria tersebut tampaknya seseorang yang tidak berasal dari masa Katagaki berada karena ia berlagak bukan seperti orang-orang pada umumnya, terlebih lagi saat ia bertanya tanggal (waktu) kepada Katagaki. Kehadiran pria inilah yang nantinya akan mengubah kisah di Hello World.

Ada beberapa hal yang tercatat oleh saya selama menonton film anime ini, baik kelebihan maupun kekurangannya. Saya akan mulai dari efek animasi. Menurut saya, Hello World memiliki efek animasi yang cukup baik. Meskipun tidak sebaik dan senyata besutan Makoto Shinkai (maaf, saya tidak bermaksud menyudutkan salah satunya), saya rasa Tomohiko sudah menyajikan efek animasi yang baik. Mata penonton cukup terpukau dengan penampakan kota metropolitan di film ini.

Hanya saja, harus saya katakan, (sekali lagi) meskipun tidak bermaksud menyudutkan, saya merasa efek animasi di beberapa karakter di film anime ini kurang hidup (nyata). Penggambaran (animasi) mata dari setiap karakter pendukung yang dimunculkan, sangat disayangkan tampak kaku. Berbeda dengan karakter utama, yaitu Katagaki remaja dan Katagaki dewasa ataupun karakter Ichigyō yang terasa lebih 'hidup'. Dapat saya katakan, ini adalah kekurangan pertama dari film anime Hello World. Akan tetapi tenang, secara keseluruhan efek animasi masih sangat mendukung untuk ditonton.

Selanjutnya, saya beralih kepada hal yang paling utama, yaitu alur. Sebagai catatan, untuk mendudukkan pemikiran saya terhadap film anime ini, saya sampai harus berpikir sejenak bahkan berdiskusi dengan teman-teman saya tentang alurnya. Alasannya sederhana, agar saya tidak terperangkap dengan plot twist yang disajikan Tomohiko di Hello World ini. Hal tersebut pertanda bahwa alurnya rumit. Mungkin alasannya karena terdapat perjalanan waktu (time travel) di film anime ini.

Catatan pertama pada alur, Tomohiko di Hello World hanya berfokus kepada karakter Katagaki remaja dan Katagaki dewasa. Karakter lainnya terasa kurang melakukan apa-apa, seperti Ichigyō yang sebenarnya menjadi benang merah di film anime ini. Meskipun sebenarnya Hello World termasuk film anime bergenre romansa. Kisah cinta remaja antara Katagaki dengan Ichigyō menjadi akar (sumber cerita) di film anime ini. Kisah cinta mereka berdualah menjadi penyebab peristiwa-peristiwa di Hello World. Bagi saya tidak masalah jika porsi karakter hanya terkhusus kepada dua orang saja. Mungkin Anda akan berpikir kenapa porsi karakter lain, terutama Ichigyō sebagai benang merah tidak banyak berperan. Hal itu wajar karena meskipun tentang kisah cinta Katagaki dan Ichigyō, sebenarnya di film anime ini, fokus cerita dan pembangunan cerita dari awal hanya tertuju kepada kedua karakter Katagaki saja. Kehadiran Ichigyō itu hanya sebagai penyebab terjadinya peristiwa penting di film anime ini.

Selanjutnya catatan kedua untuk alur. Sudah saya singgung sebelumnya bahwa alur di film anime ini rumit. Itu pengakuan saya terhadap kemahiran Tomohiko membolak-balikkan cerita. Penyebabnya tak lain adalah perjalanan waktu (time travel). Kemunculan sosok pria berjubah putih di awal cerita sebagai bukti bahwa terdapat pertemuan alur di masa Katagaki remaja dengan seseorang dari masa depan. Seperti film-film beralur perjalanan waktu (time travel) pada umumnya, kompleksitas dan kerumitan alur menjadi hal yang umum pula terjadi.

Setidaknya saya hitung terdapat tiga alur yang disajikan Tomohiko di film anime ini. "Benturan" dua alur di awal dan satu alur lainnya tersebut menurut saya sukses membingungkan penonton. Jadi wajar saja, jika saya atau mungkin termasuk Anda juga akan sejenak berpikir dan bertanya tentang isi cerita setelah menonton Hello World ini. Akan tetapi, Anda tidak perlu khawatir karena Tomohiko memberikan beberapa petunjuk (clue) kepada penonton di beberapa adegan kunci. Oleh karena itu, jika Anda mengingat cukup baik petunjuk-petunjuk itu, di akhir film Anda hanya perlu menyambungkan seluruh petunjuk untuk mendukung hipotesis Anda tentang isi cerita film anime ini. Bagi saya, Tomohiko sukses membuat saya harus berpikir dan berdiskusi agar tidak terjebak di alur yang diciptakannya.

Secara keseluruhan, film anime ini saya rekomendasikan untuk Anda tonton selama di rumah. Alasannya sudah saya sebutkan di atas, yaitu mengisi waktu Anda #dirumahaja dan keunikan cerita di film anime ini. Bagi saya, nilai 7,8/10 cukup untuk Hello World yang berhasil membingungkan saya. Terima kasih sudah membaca ulasan ini dan selamat menonton!

Ingat, #dirumahaja dan salam sehat!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Bacaan Buku Pengantar Penelitian Sastra Bandingan karya Sapardi Djoko Damono